Apa Dasar Keimanan ?
Jika sebelumnya saya membahas bagaiaman konsep Agama dijadikan sebagai landasan hidup, kali ini kita lebih merujuk pada keimanan yang mendasari agama.
Apakah Keimanan Itu ?
Belum lama ini saya berdiskusi panjang dengan salah seorang yang saya ketahui adalah pemeluk salah satu agama besar di Indonesia. Diskusi online tersebut berlangsung cukup lama melalui media perpesanan dan berakhir dengan kesimpulan bahwa "saya dan beliau memiliki konsep penalaran yang berbeda" dan tidak bisa diselaraskan. Akan tetapi, diskusi ini tidak berakhir dengan perdebatan, karena memang saya menghindari hal tersebut. Apalagi memperdebatkan "selera" dan sudut pandang, itu suatu perbuatan yang sangat konyol.
Dalam obrolan panjang itu, saya mengajukan pertanyaan sederhana, "apa itu iman ?". Dan misteriusnya, beliau menjawab, orang yang beriman pasti tau.
Dengan jawaban seperti itu, apa yang bisa anda pikirkan ?
Saya terus menggali dari sisi beliau karena memang saya ingin mengetahui sudut pandang dan penalaran yang ia miliki, yang pada akhirnya beliau menjawab bahwa "iman adalah landasan beragama".
Oke, disini saya mendapati satu persamaan dengan pikiran saya mengenai orientasi yang sudah saya bahas di artikel berjudul "Pentingnya menentukan orientasi pada hasil atau proses".
Dari jawaban beliau ini memang bisa kita pahami bahwa iman dan agama adalah keterkaitan yang saling mengikat. Orang yang beriman cenderung akan menjalankan perintah agama dan memahami agama secara mendalam yang mana hal itu dilakukan untuk menguatkan keimanan.
Lalu pertanyaan kedua pun muncul, apa dasar keimanan ?
Apa Dasar Keimanan ?
Dalam konteks pertanyaan ini, saya tidak mendapat jawaban secara langsung dari beliau. Ada banyak sekali lika liku perbincangan dan pendapat yang dikemukakan beliau dengan pertanyaan.
Misal, saya masih ingat dengan pertanyaan beliau soal ini ...
"Di depan anda ada segelas kopi dan rokok, apa yang anda sukai, semua itu muncul dengan sendirinya atau ada yang membuatnya ?"
Coba simak pertanyaan beliau diatas. Apa yang anda tangkap ?
Dalam hal ini saya menolak pertanyaan beliau dengan dasar bahwa ini bukan soal suka dan tidak suka, melainkan ada begitu banyak hal yang bisa kita lihat disana dan terlalu picik untuk mengambil kesmpulan dengan dasar "suka dan tidak suka".
Dan beliau menuntaskan dengan kalimat "Ya itulah, mungkin kita menyukai yang tetiba ada, atau menyukai ada yang membuat, karena rasional tiap orang berbeda. Tapi pada faktanya, rokok dan kopi tersebut ada yang membuat, suka tidak suka, tau ataupun tidak".
Tentu saja saya bantah argumen tersebut dengan dalih bahwa terlalu picik jika hanya melabeli ada atau tidak yang membuatnya, sementara alaogi tersebut tentu akan menyudutkan ke arah "ada yang membuat" rokok dan kopi. Kan itu olahan, hasil olahan ya pasti ada yang membuat.
Beliau melanjutkan dengan kalimat yang luar biasa, bahwa "tidak banyak yang kita ketahui dan Tuhan adalah apa yang tidak kita ketahui, segala sesuatu yang kita ketahui itu bukan Tuhan".
Itu membuat saya bingung, "tau dari mana tuhan dan bukan tuhan ? sementara tuhan adalah apa yang tidak kita ketahui ?".
Karena perbincangan terus melebar, maka saya kembalikan ke pertanyaan awal, mengenai apa yang mendasari keimanan ? Apakah dari Informasi ?
Dan beliau menjawab "kita tidak tau apa-apa, kemudian Tuhan memperkenalkan diri melalui orang terpilih sebagai utusan. Dan jika sekiranya tidak ada jawaban yang memuaskan, maka kembali ke diri masing-masing". Begitu ungkapnya.
Dari sini kita sudah bisa ya mengambil sedikit kesimpulan dini bahwa pendapat yang beliau kemukakan selalu merujuk pada satu sumber informasi, yakni kitab suci.
Maka disini saya mencoba untuk mengkonfirmasi kesimpulan sementara saya mengenai "informasi" adalah landasan dari keimanan seseorang. Saya ingin mendapatkan jawaban beliau bahwa "informasi" yang beliau miliki itu sumbernya darimana, dan apakah hal itu yang mempengaruhi keimanan beliau ?
Tentu saja dalam kasus ini tidak ada maksud saya untuk menggoyahkan iman seseorang ya, hanya ingin mengetahui apa yang mendasari keimanan itu.
Dan pada akhirnya saya mendapat jawaban spesifik dari beliau bahwa beliau mengatakan informasi yang mendasari penalaran dan keimanannya adalah bersumber dari "bedah ayat".
Hasil membedah ayat kitab suci yang sudah dinyatakan "benar" sedari awalnya. Sehingga apapun informasi yang terkandung dalam kitab suci tersebut adalah kebenaran.
Dan pada akhirnya diskusi ditutup dengan jawaban yang sudah saya dapatkan dan menjadi bahan renungan saya untuk kemudian memahami cara nalar orang lain yang seperti beliau diatas.
Bagaimana menurut pandangan anda terkait dengan diskusi dan jawaban beliau ?
Sampai disini anda memahaminya ? Sampaikan di kolom komentar.
Post a Comment
Ada pertanyaan? Diskusikan dengan penulis atau pembaca lain
Tulis Pertanyaan