
Pentingnya menentukan, orientasi pada hasil atau proses ?
Belum lama ini saya terpikir sedikit sesuatu yang terlintas namun kemudian saya pikirkan lebnih dalam yakni mengenai kemana seharusnya kita berorientasi dan apa dampaknya serta mana yang lebih penting, apakah hasil atau proses ?
Dalam kehidupan sehari-hari sepengalaman saya pribadi, sering sekali menemukan kalimat yang muncul dalam obrolan seperti ini…
“Yang penting kita sudah berusaha, soal hasil itu urusan Tuhan, atau yang penting kita nikmati prosesnya, soal hasil mah bonus saja.”
Serius, itu tidak jarang saya dengar. Di berbagai kasus sering terucap kalimat-kalimat semacam itu yakni yang selalu membahas proses dan terserah soal hasil.
Dan beberapa waktu berlalu kemudian setelah pikiran ini terbersit, benar saja, orang-orang yang mengucapkan itu masih dalam kondisi yang sama seperti saat mengeluarkan kalimat itu. Kenapa ?
Mari kita bahas.
Proses atau Hasil ?
Hasil
Apa itu hasil ? Kita sederhankan saja bahwa hasil merupakan titik akhir yang berupa tujuan. Dalam hal pekerjaan atau semacamnya, maka hasil merupakan output dari serangkaian proses yang terjadi.
Dan ini yang seringkali disalahpahami, bahwa hasil adalah sesuatu yang nanti muncul setelah kita menjalani serangkaian aktifitas.
Sebetulnya memang iya, namun hasil seperti apa yang akan muncul ? Itu yang seharusnya kita pikirkan.
Output Oriented
Berorientasi pada hasil merupakan pendekatan yang lebih mengutamakan hasil akhir dalam sebuah proyek.
Metode ini berfokus pada tujuan akhir dengan ketetapan yang sudah jadi.
Dalam hal mencapai tempat tertentu, kita tentu lebih memilih untuk menentukan tujuan diawal kan ? Misal mau ke kota mana gitu, kita tentukan dulu sebelum mulai mencatat apa saja yang harus disiapkan.
Nah itulah ketika kita berorientasi pada hasil.
Hasil sudah kita buat diawal menjadi titik mula dari sebuah langkah, hingga kita tahu apa saja yang harus dipersiapkan dan bisa menentukan metode paling efisien untuk mencapainya.
Namun ternyata memang tidak jarang juga saya mendapati kalimat ajakan seperti “Jalan jalan yuk?”
Namun ketika ditanya kemana, maka jawaban yang muncul biasanya seperti ini “Kemana aja yang penting jalan-jalan”.
Orang-orang seperti ini adalah mereka yang memilih untuk berorientasi pada proses.
Proses
Proses merujuk pada segala runtut rangkaian aktifitas yang dijalankan secara sistematis untuk mencapai suatu tujuan.
Dalam hal ini sudah bisa kita pastikan bahwa proses adalah rangkaian untuk mencapai tujuan atau hasil.
Process Oriented
Orientasi pada proses lebih menekankan metodologi untuk menentukan langkah apa yang paling tepat untuk dijalankan, yang tentunya untuk menuju pada hasil akhir.
Nah masalahnya adalah, menuju hasil akhir maka hasil akhir ini sudah harus terlebih dulu ditentukan.
Dalam contoh jalan-jalan diatas, apa hasil akhirnya ? Kesenangan ? atau ada tujuan tertentu ? Itupun tidak jelas.
Sedari dulu saya tidak pernah mau diajak jalan-jalan semacam itu, dan kalaupun teman saya memberitahu tujuannya, maka disitu saya tidak tertarik. Dan biasanya berakhir pada penculikan dengan berpura-pura minta ditemani untuk pulang sebentar kerumah kemudian mampir ke tempat yang bahkan sama sekali tidak searah dengan rumah.
Kenapa harus begitu ? Karena memang tidak ada tujuan yang jelas, yang penting bisa membuagn rasa bosan dan bisa santai menikmati hidup dengan jalan-jalan, setidaknya mungkin itu pikiran teman saya kala itu.
Lalu mana yang paling penting ? Berorientasi pada hasil atau proses ?
Sebetulnya keduanya penting, kenapa ?
Mari kita uraikan.
Dalam contoh ini kita buat rencana ke suatu tempat semisal dari Jawa tengah ke Jakarta.
Kita harus tau dulu tujuan utama kita yakni Jakarta dan kenapa kita kesana, apa yang bisa kita dapatkan disana dan untuk apa dan berapa waktu yang kita miliki. Semuanya harus jelas dengan tenggat waktu yang masuk akal sesuai jamannya. Disinilah yang dimaksud pada berorientasi pada hasil.
Sebuah perencanaan yang matang selalu diawali dengan sebuah hasil yang sudah ditentukan.
Jika semua sudah jelas, maka pindahkan orientasinya ke proses.
Disinilah kita memulai untuk membuat draft, metode dan formula terbaik untuk mencapai tujuan tersebut, mulai dari bagaimana kita kesana dan seberapa lama waktu yang dibutuhkan dari setiap opsi dan apa saja resiko yang bisa terjadi.
Penerapan metode ini akan memberikan kita banyak pilihan untuk mengambil cara yang paling efisien. Bahkan kita jadi punya peluang untuk membuka jalan pintas atau malah membuka jalan baru.
Berorientasi pada proses ini tidak terjadi dalam sekali waktu, disinilah pentingnya kita membuat rangkaian yang mana setiap opsi tentu memiliki dampak dan resiko yang berbeda yang bisa kita gunakan untuk evaluasi.
Misal, plan A kita mengambil rute jalur selatan yang mana dalam proses perjalanannya kita akan membuka banyak sekali kemungkinan yang kemudian bisa kita catat seperti mengukur jarak ataupun kondisi jalur. Dengan begitu kita bisa evaluasi terhadap metode yang kita buat.
Dan kemudian ada kalimat bijak seperti ini, “Dengan membuat Plan B, maka anda sudah menginginkan plan A untuk gagal.”
Sebenarnya mungkin ada benarnya, tapi banyak salahnya.
Dengan menciptakan berbagai opsi untuk mencapai hasil yang sudah ditetapkan, tidak jarang kita akan menemukan ketidaksesuaian dengan metode yang kita ambil, maka disitulah kita kembali mengkoreksi apa yang tidak benar, dan disinilah planing B dan lainnya digunakan.
Justru akan menjadi tidak benar ketika ketika pilihan yang kita buat keliru, tapi dengan membabi buta kita tetap menerjang tanpa mengukur apapun yang justru bisa membuat kita lebih jauh melenceng dari hasil.
Sampai disini saya pikir kita masih dalam koridor yang sama. Intinya adalah dengan kita sudah menetapkan hasil yang kita tuju, maka proses akan mengikuti sesuai dengan apa yang kita buat sebagai metodologi paling efisien.
Dan jika kita hanya berfokus pada proses, maka bahkan tidak jarang tujuan itu tidak ada sama sekali. Kemudian kalimat yang muncul adalah “Nikmati prosesnya”. Proses apa ?
Itu pertanyaannya.
Seperti misal kata yang sering orang Indonesia gunakan adalah istilah “Batu loncatan” dengan contoh kalimat, “Bisa kita jadikan batu loncatan”. Pertanyaannya, loncat kemana ?
Itu yang bahkan tidak dipikirkan. Kan aneh.
Kesimpulan
Jadi kesimpulannya, mana lebih baik ? Hasil atau Proses ?
Keduanya baik dan saling berkaitan, Proses tidak akan muncul tanpa hasil dan hasil tidak akan ada tanpa proses. Sampai disini kita sudah sepakat ?
Post a Comment
Ada pertanyaan? Diskusikan dengan penulis atau pembaca lain
Tulis Pertanyaan