Review Lengkap Pengabdi Setan 2 - Gak Lagi-lagi
Setelah kemarin cukup terganggu dengan trailer Pengabdi Setan 2: Communion yang sempat saya tulis di artikel sebelumnya yang bisa anda baca disini, sore ini akhirnya saya memutuskan untuk menonton ke XXI karena hari ini merupakan hari terakhir pemutaran film Horror baru dari Joko Anwar tersebut di XXI, yang selanjutnya masih ditayangkan di CGV dan kebetulan lokasi bioskop terdekat adalah XXI, jadi mau gak mau harus hari ini.
OK lanjut, film yang kata sebagian orang dan media-media masa cukup menegangkan dan bikin susah tidur ini sebetulnya tidak membuat saya penasaran, hanya ingin memastikan setidak jelas apa film ini secara keseluruhan.
Dan film pun dimulai setelah menonton beberapa iklan yang tidak bisa di skip.
Film diawali dengan kisah awal mula atau masa lalu dari kisah ini. Pak Budiman muda yang merupakan seorang jurnalis sedang diculik ke area jawa barat menggunakan sebuah mobil sedan jaman baru. Adegan disini sangat lambat hingga akhirnya mereka sampai ditujuan dan rupanya yang menculiknya adalah sahabatnya sendiri yang meminta pak Budiman meliput keanehan yang terjadi. Yakni ditemukannya sekumpulan mayat dalam satu aula ruangan yang entah siapa yang mengumpulkan mayat-mayat itu. Tapi si sahabat pak Budiman ini curiga kalau mayat-mayat tersebut justru jalan dan berkumpul sendiri di ruangan itu.
Lanjut adegan pindah ke present time dan karakter utama di film ini yakni Rini yang diperankan oleh Tara Basro yang sedang berdialog dengan seorang direktur membahas mengenai beasiswa.
Dan opening musik yang kek "Taik" sampai bikin telinga budek muncul sebagai pengawal cerita.
Ngeeeeeeeeeeeeekkkkkkkknnnnnnnyyyyyytttttttttttttt ! Begitu kira kira bunyinya.
Cerita utama film ini berlatar jakarta tahun 80 an dengan menampilkan beberapa kendaraan tempo dulu yang beroperasi di Jakarta, namun gagal total. Saya sama sekali tidak merasakan nuansa era 80 an, yang nampak justru lebih mirip di era 2000 an jika dilihat dari kostum dan screennya. Tapi untuk tata bahasa, parah. Ini sudah terlalu modern. Gaya bahasa yang digunakan terlalu modern untuk tahun 80-an.
Lanjut ke lokasi utama yang menjadi pusat tragedi yakni di rumah susun yang berdiri sendiri tanpa ada bangunan lain di sekitarnya.
Penampakan di film tidak seperti itu ya... dibuat lebih seram ceritanya, meski malah tampak aneh lantaran menjadi satu-satunya bangunan di tengah antah berantah. Tidak masuk akal.
Penemuan batu nisan
Adegan awal film yang mengambil setting di rusun tersebut diarahkan ke Bondi yang cenderung lagi nakal-nakalnya menjelang remaja. Dia lagi hobi menggali tanah dan dari hasil galiannya itu rupanya ia menemukan satu batu nisan tanpa nama yang terkubur di area rusun. yang mengindikasikan bahwa mungkin rusun tersebut dibangun diatas tanah kuburan.
Sosok Baru
Muncul satu karakter baru disini yang rupanya penghuni baru rusun aneh ini, Ratu Felisha yang berperan sebagai Tari menjadi sosok baru yang cukup central di film ini meskipun sampai ending film saya sama sekali tidak tahu apa hubungannya karakter Tari ini dengan cerita utama.
Rupanya, sosok Tari ini jadi karakter yang disukai adik pemeran utama yakni Toni yang sudah masuk usia remaja. Meskipun Tari ini sudah tante-tante tapi rupanya masih cukup menarik bagi si Toni.
Meskipun dari yang saya lihat, itu cukup maksain. Agak aneh, tapi yasudah... namanya juga suka kan random. Perkenalan antara si Toni dengan Tari ini rupanya menjadi alasan munculnya kembali radio lama yang nantinya akan sedikit berperan dalam kasus Tari.
Disini Tari meminta bantuan Toni untuk servis radio yang katanya mati.
Ayah dan Sosok ibu
Dalam sesi makan siang keluarga sepulang Toni bertemu si tante, ayah pulang membawa koper yang langsung disembunyikan dalam lemari dan digembok. Ini yang sempat digunjingkan dalam trailer mengenai rahasia apa yang disembunyikan ayah mereka.
Sesi makan siang ini diakhiri dengan siaran berita prakiraan cuaca yang mengabarkan bahwa besok akan ada badai yang menimpa kawasan pesisir utara Jakarta, tempat dimana rusun aneh ini berada.
Dan adegan siaran ini cukup lama durasinya, membosankan sekali.
Lanjut adegan malam, dimana mereka tidur, backsound suara tv tutup dengan jingle yang super panjang dan membosankan sekali, diakhiri dengan bunyi khas layar pelangi "Tiiiiiiiiiiiit" dan berubah jadi layar bersemut.
Durasi ini cukup lama, dan ditengah semut semut itu muncul sosok ibu berulang 3 kali. Sumpah nagapaiiin gitu .
Bencana
Ada suatu kejadian yang alurnya sangat-sangat aneh dan cenderung ke "Ngapain sih ?".
Ada suatu adegan dimana para penghuni rusun sedang menunggu lift di lantai dasar, dan di depan lift rupanya memang dijadikan arena bermain anak. Saat itu anak-anak perempuan yang tengah bermain disana.
Kembali ke warga yang menunggu lift, entah apa tujuan dan fungsinya, salah seorang ibu-ibu yang menunggu pintu lift terbuka mengeluarkan sesuatu dari tas belanjanya. Dan byar ! puluhan koin jatuh dari apa yang dikeluarkan dari tas itu. Sontak si ibu panik dan memunguti koin yang berceceran dilantai tersebut yang rupanya sebagian koin masuk ke area bawah lift lantaran lantainya bolong.
Pertanyaannya, si ibu gabut itu ngapain sampai harus mengeluarkan kain berisi penuh koin dari tasnya ? Apa tidak ada alasan yang lebih masuk akal buat membuat bencana ini ?
Mendegar suara banyak koin berjatuhan, anak-anak yang tengah bermain di depan area lift seketika menengok. Adegan diperlambat disini, menggiring opini penonton untuk bertanya-tanya. Rupanya anak-anak itu mengabaikan koin-koin yang sedang dipunguti oleh si pemilik yang ceroboh tanpa alasan tadi.
Adegan berlanjut ke dalam lift dimana rupanya si Tari pun menjadi salah satu sosok yang menaiki lift tersebut, yang saat itu sedang diincar oleh salah satu pria yang tampaknya cukup tampak berandalan dan sempat menggoda tante Tari ini.
Dilain lantai, ada Toni dan ayahnya yang rupanya juga sedang menunggu lift.
Pintu lift terbuka di lantai mereka, melihat ada Toni di depan pintu lift, Tari yang rupanya menyadari sedang diintai oleh berandalan mencoba melarikan diri dari lift dengan berpura-pura menyapa Toni sembari keluar lift, dan rupanya tetap diikuti si berandal tersebut. Sementara ayah Toni sudah lebih dulu masuk ke dalam lift.
Jreng ! Lift mendadak bermasalah dan macet. Semua penumpang lift panik. Pintu lift pun di congkel oleh salah seorang penumpang yang merupakan ayah dari teman Bondi si adik kedua dari Rini, yang sedang buru-buru mencari anaknya untuk dipukuli di lantai bawah.
Wisnu salah satu penumpang lift yang merupakan seorang anak kecil, anak seorang ibu tuna wicara yang berarti ia bisa berbahasa isyarat. Peran bocah ini akan menjadi penting nantinya.
Pintu lift pun terbuka setelah dicongkel, dan si bocah ini berhasil keluar dibantu oleh ibunya. Namun semua orang di dalam lift kemudian berebut keluar lantaran panik. Hingga saling cakar sampai kemudian berdarah-darah. Ini agak aneh sih.
Ditengah kepanikan di dalam lift yang macet di lantai atas, pintu lift lantai dasar terbuka.
Anak-anak masih main disana. Melihat pintu lift terbuka, anehnya mereka yang berjumlah empat anak perempuan menghampiri lift. Melihat rupanya banyak koin yang tersebar di area dalam lift, mereka pun masuk dan anehnya lagi saling berebut gak kelar-kelar.
Scene berpindah antara 4 anak ini dan kepanikan di dalam lift. Adegan bolak balik ini cukup lama dan membosankan, padahal kita semua yang nonton harusnya tahu apa yang akan terjadi. Dan benar saja, salah seorang dari 4 anak itu keluar area lift tanpa alasan dan meminta ketiga temannya untuk keluar. Dan saya tidak melihat anak tersebut membawa koin ditangannya. Sementara ketiga temannya tidak peduli dan masih sibuk berebut di dalam area lift.
Kepanikan di lift masih terjadi, semua orang teriak membuat telinga benar-benar tidak nyaman dan keheranan. Ngapain sih ? Heboh amat.
Dan blam ! Lift jatuh. Menimpa ketiga bocah yang rupanya masih belum kelar juga rebutan koin.
Ok, sampai disini kita sudah dapat benang merahnya, yakni bencana terjadi di rumah susun ini dan otomatis banyak mayat (Hantu di film sebelumnya adalah mayat hidup dan banyak), karena ternyata selain dari ketiga anak yang tewas tertimpa, semua penumpang lift pun tewas selain ayahnya si Toni. Dan karena tragedi berdarah tersebut terjadi di sore hari, maka dengan terpaksa para jenazah harus di inapkan di unit masing-masing dalam rusun tersebut.
Disini saya pengin keluar ruangan bioskop saking garing nya.
Adegan berpindah ke pak Budiman yang menemukan surat dari sahabatnya yang rupanya saat ini sudah meninggal. Di dalam surat itu dilampirkan beberapa foto yang yang rupanya terlibat dalam kecurigaannya terkait dengan berkumpulnya mayat. Dan rupanya ada hubungannya dengan rusun tempat keluarga Rini tinggal saat ini.
Scene berpindah ke pak Budiman yang menunggu bus di halte ditengah hujan badai. Rupanya bus tidak ada yang mengarah ke lokasi tersebut lantaran ada badai disana.
Kemudian taksi pun datang yang juga tidak mau mengantar pak Budiman pergi ke rusun yang sedang diterpa badai itu. Padahal pak Budiman sudah teriak bahwa ini kondisi darurat dan ia harus diantar kesana, ini soal nyawa ! katanya.
Kemudian, ada sosok misterius muncul disamping pak Budiman entah darimana. Yang mengabarkan bahwa sudah terjadi kecelakaan lift di rusun sore tadi. Nah disini, tau-tau pak Budiman seraya berkata akan ada kejadian yang lebih parah, tangannya masuk ke tas slempang yang digendongnya dan menunjukkan sesuatu hingga kemudian memegang sebuah pistol dan meletakannya kembali. Ini apa sih ? gak jelas banget sumpah, ngapaiin ??
Iya, dalam bahasa film memang begitu, tapi ya gak gitu-gitu juga caranya, maksa banget cara nunjukin sesuatunya itu loh ish.
Padahal bisa bikin adegan pak Budiman dengan gugup berkemas dan memasukan barang-barang tersebut, itu lebih masuk akal dan beralasan.
Malam Terror
Serius, disini sudah muak dan pengin pulang. Tapi karena saya ingin memastikan kekonyolan keseluruhan film, jadi terpaksa saya lanjutkan.
Adegan dipenuhi dengan lantunan ayat-ayat dan doa. Disini mayat-mayat korban kecelakaan lift dipertontonkan SATU PERSATU. Iya, satu persatu dipertontonkan dengan lambatnya diiringi doa-doa yang seolah biar penonton tegang, padahal tegang mah enggak, bosen iya.
Lebih anehnya lagi, semua mayat sudah dikafani dan diletakkan dilantai, eh mukanya dibuka dong ? Padahal diselimuti kain jarik juga, tapi bagian kepala tetap terbuka. Itu adat mana ???
Dimana-mana mana ada. Semua jenazah yang menginap pasti bagian mukanya ditutup. Biar serem dibuka ? Aneh yang ada.
Jlep .. mati lampu.
Karena hujan badai yang tak juga reda, aliran listrik tiba-tiba mati. Bondi yang sedang melayat ke unit salah satu temannya dimana ayahnya jadi korban lift, mendengar suara dari arah pintu dan menghampiri suara misterius itu bersama kedua temannya.
Dan mereka pun turun ke lantai dasar untuk mencari penyebab matinya aliran listrik di rusun itu.
Dannn ... ini aneh super sih. Oke karena hujan lantai dasar sudah banjir layaknya Titanic yang sedang tenggelam. Tapi, kan lagi mati lampu, tetau ada kabel-kabel yang menjuntai di lantai dasar dan beraliran listrik ? Hah ?
Oke, mati lampu nya karena kabel terputus, tapi itu kabel pada putus kenapa ? Orang hujan deras dan itu kabel di dalam ruangan lantai dasar , kok putus ?
Oke gak masalah, lanjut.
Orang bilang disini adegan penuh terror, malam penuh dengan terror horror macam harus disabet daun kelor.
Tari, si sosok tante ini kembali jadi poin penting. Ia pekerja malam di bilyard, tapi karena malam ini badai, iapun harus terjebak di rusun ini.
Ia mulai merasa tidak nyaman dengan suasana rusun yang baru ditempatinya selama 3 bulan, lantaran seolah ada orang lain yang berada di ruangan. Di bagian ini, cara pengambilan gambarnya sangat sangat tidak normal. Alih-alih CGI atau semacamnya, digunakanlah pose-pose menghalangi kamera untuk memunculkan dan menghilangkan sosok hantu yang sangat tidak natural. Ketika muncul hantu, maka si Tari ini harus berpose menutupi bagian yang ada hantunya kemudian baru ia menoleh ke arah hantu dan kembali bergeser ke posisi normal dengan hantu yang sudah menghilang.
Saya membayangkan saat pengambilan gambarnya, itu akan sangat konyol dan tidak seram sama sekali.
Disini Toni datang mengembalikan radio yang berhasil diperbaikinya. Dan Tari kembali masuk dan menyalakan radio. Lagu jadul ala film Joko Anwar pun diputar. Dan berganti dengan siaran yang dibawakan seorang wanita dan para penelpon, hingga kemudian siaran radio menjadi horror lantaran ada penelpon bernama Tari yang sedang di siksa di dalam kuburan.
Ini kaitannya sama siksa kubur dii pelajaran SD dan komik Tatang S sepertinya.
Ketakutan, Tari pun berlari keluar dan rupanya di depan pintu ada si Toni, ah saya lupa adegan tidak penting ini.
Lanjut selepas berurusan sama si Tari, Toni yang hendak pulang ke unitnya bertemu dengan pak Ustad yang sedari tadi memimpin pengajian para korban kecelakaan.
Rupanya si ustad mengajak Toni berkeliling mengecek keaadaan para mayat yang ditinggalkan sendirian di masing-masing unitnya. Takutnya ada kena tetesan bocor atau jendela belum ditutup, katanya. Apaaaaa ? Gabut amat idup .
Dan si Toni pun tidak bisa menolak, bergegaslah mereka memeriksa kondisi para jenazah yang benar-benar tidak ada yang menunggu di masing-masing unit. Dan semua jenazah dengan kondisi muka yang terbuka, heran banget.
Sampailah tiba saatnya si ustad berulah dengan bilang pinggangnya sakit dan mereka harus berpisah sampai disini dan Toni harus melanjutnya memeriksa para jenazah dilantai atas. Dengan dalil, hanya tuhan yang perlu ditakuti. Dan Toni pun mengiyakan dengan muka terpaksa.
Ya logikanya mah ngapain juga ?
Disini bukan ketegangan yang saya dapatkan, melainkan keheranan. Ini film berlagak serius terbodoh yang pernah saya tonton.
Teror tidak berhenti disitu, ada banyak sekali adegan-adegan aneh tidak masuk akal dan memaksa yang dilakukan sepanjang malam penuh teror ini, seperti menerobos masuk ke setiap unit untuk mencari tahu apakah para penghuni rusun di dalam unit atau mengungsi yang dilakukan oleh Bondi dan kedua temannya, anak korban yang kemudian diterror hantu 3 bocah yang tertimpa lift dan kemudian masuk ke dalam lift, si tari yang bertemu ustad dan disuruh sholat malah semakin diganggu hantu dengan editing yang sangat buruk hingga ia harus masuk ke tong sampah dan mati disana, ustad yang diplintir hantu, para mayat yang kemudian hidup, si brandal yang melubangi tembok tetangga untuk mengambil garpu ibunya yang ibunya sendiri entah dimana, penemuan album foto di unit tetangga, misteri lantai ke 14, ketemunya kembali si Ian, si berandal yang kemudian ketemu hantu Ibu dengan CGI yang teramat burik. Dan masih banyak sekali adegan membagongkan yang tidak jelas dalam film ini.
Hingga kemudian si Ian menjadi pemandu sorak para mayat yang menyanyi, layar bioskop dibuat berkedip sepanjang adegan yang super lama membuat mat pusing. Ah sudahlah entah apa inti dari film ini. Yang jelas gak lagi-lagi dah nonton sequel selanjutnya.
Padahal di seri pertama dulu lumayan OK, mungkin karena cuma remake dan banyak contekan jadi cukup lumayan. Alurnya bisa diikuti dan cukup menghibur.
Tapi untuk lanjutan yang mungkin ngarang sendiri ini, hadeh entahlah. Setengah jam penayangan saja sudah muak dan heran, satu jam tayang sudah ingin sekali pulang, dan ketika berakhir, lega. Bukan karena ketegangannya berakhir, tapi enek.
Eh tapi ini film sukses loh , katanya super menegangkan karena yang ditawarkan film ini adalah teror ketegangan dan misteri bolong katanya. Hilih. Aneh. Ada juga yang bilang nonton film ini layaknya naik wahana .... komedi putar ? Duduk sampe bosen muter-muter ?
Ending
Penyelamatan oleh pak Budiman datang diwaktu yang tepat yakni sebelum Toni dan Bondi terbunuh, para hantu ini ditembaki sama pak Budiman dengan pistol dan barang-barang yang ditunjukan sewaktu ia di halte. Dan si hantu Ibu pun sampe nemplok di tembok gegara di tembak pak Budiman. Dan mereka kabur. Segampang itu. Dan anehnya lagi si teman Bondi bisa punya perahu karet yang entah datang darimana.
Dan mereka pun akhirnya selamat keluar dari rusun terkentut itu, tapi tidak dengan ayah yang harus tewas ditangan Ian. Kenapa si ayah tewas pun karena memang rupanya si ayah ini sudah lama diincar oleh sekte sesat pengabdi setan ini, dan untuk selengkapnya katanya akan diceritakan oleh pak Budiman.
Scene ditutup oleh orang yang sama dengan yang ada di film Pengabdi Setan pertama yang tayang 2017 yakni Fahri Albar dan Asmara Abigail. Di ending scene ini, kita ditampilkan foto yang ceritanya diambil pada tahun 1955 yang rupanya kedua orang ini pun ada di foto tersebut dengan editan yang super duper burrrrik. Ampun.
Yasudahlah, kita keluar bioskop seraya ketawa mengumpat
Post a Comment
Ada pertanyaan? Diskusikan dengan penulis atau pembaca lain
Tulis Pertanyaan