Jin dan Gangguan Mental
Di peradaban jawa kuno atau bahkan Nusantara jaman dulu, tidak ada yang namanya jin. Adanya dunia perhantuan atau demit yang berisi siluman-siluman kutukan para dewa.
Barulah di akhir abad pertengahan bumi nusantara dimasuki bangsa arab dengan naskah barunya yang sekaligus mengenalkan masyarakat kala itu pada jin yang bahwasanya mereka adalah entitas tidak terlihat dan hidup seperti layaknya manusia.
Tapi, di bumi nusantara sudah ada demit dan lelmbut, lalu bagaimana akhirnya para lelembut yang belakangan terbebas dari kutukan dan kembali menjadi manusia dan dewa tetap dikaitkan dengan bangsa jin ?
Pada masa lampau, nusantara dihuni oleh banyak sekali kerajaan dengan segala kepentingannya, maka dibentuklah rasa takut untuk mengatur perilaku rakyat dengan diciptakannya kembali para hantu ini yang sudah bercampur dengan paham arab dengan teori jin nya.
Kalau kita mengulik masa lalu di era 90 an, banyak hantu yang mungkin saat ini sudah mulai punah tergerus jaman seperti misalnya Buto Ijo, Banaspati, Wewe gombel yang saat ini sudah tidak bisa tayang di TV lantaran kena sensor KPI. Di era sebelum 90 an masih ada banyak lagi yang saat ini sudah punah seperti Thongtongsot, ada yang pernah dengar ? Glundung pringis yang biasanya hanya muncul di kebun dimana banyak pohon kelapa karena dia berbentuk kelapa yang akan meringis (tersenyum atau tertawa) saat ditendang. Dan di daerah perkotaan sangat jarang pohon kelapa, adanya dipantai, gak ada market kalau buka lapak disana. Pantai tutup sore hari.
Meskipun belakangan banyak bermunculan di podcast horor yang menceritakan cerita masa lalu atau diperkampungan sehingga sosok-sosok ini kembali familiar di telinga masyarakat modern. Dan dari banyak cerita yang saya dengar, mereka dihubungkan dengan jin, bahwasanya pada hantu ini merupakan jin yang menyamar. Lalu...
Apa itu Jin ?
Menurut bahasa aslinya yakni Arab, Jin berarti tidak terlihat. Pandangan dalam Islam yang membawa teori tersebut ke nusantara, Jin merupakan satu entitas yang dibuat dari panas api dan berbentuk kecil tanpa sayap dan tanduk dan tidak akan menampakan wujudnya selain dengan menyerupai bentuk yang menjadi ketakukan manusia.
Dan sebagian dari mereka ada pula yang beriman dan ada pula yang ingkar.
Dalam bahasa inggris kita akan berhadapan dengan kata Genie atau Jinn yang keduanya akan merujuk pada mitos atau cerita rakyat Arab yang memiliki pengertian tentang Roh cerdas yang derajatnya lebih rendah dari Malaikat dan mampu menampakkan diri sebagai manusia, hewan atau merasuki manusia.
Sebelum Islam, bangsa arab sudah mengenal Jin dan menjadi cerita rakyat yang beredar disana, mengatakan bahwa jin merupakan populasi yang memiliki budaya dan suku-suku seperti manusia kala itu, dan banyak dari mereka menggunakan jin sebagai penjaga, pelindung ataupun pembantu. Bahkan mereka membuat patung-patung seperti layaknya para penyembah dewa.
Mungkin mitos kepercayaan ini ada kaitannya dengan budaya yang berkembang saat itu bahwasanya manusia memiliki kepercayaan bahwa ada entitas dengan kuasa yang lebih tinggi yang tidak terlihat untuk menjadi penolong dan tempat bergantung.
Asal usul mengenai teori ini tidak sepenuhnya jelas darimana, dan jika merujuk pada istilah Jin itu sendiri rupanya diambil dari bahasa Aram (Syria) yang dikenal sebagai dewa-dewa yang kerasukan setan dan mulai masuk ke budaya arab di akhir periode pra islam.
Dan mungkin juga karena pengaruh dari bangsa romawi kuno yang memiliki persamaan dalam anggapannya dengan Jin ini.
Bangsa Romawi kuno menyebut Jin dengan bahasa Genius (bahasa : Jenius) yang merupakan roh pelindung dari kalangan para dewa yang bentuknya seperti kepercayaan pada malaikat dimana mereka bersayap dan berwujud layaknya dewa.
Mereka memiliki budaya dan keluarga serta penokohan layaknya dalam keluarga manusia seperti Jupiter yang merupakan sosok Pria atau Ayah dan Juno yang mewakili sifat wanita atau Ibu. Dan setiap dari manusia atau binatang atau apapun selalu memiliki genius ini. Menurut mereka , sangat penting untuk hidup damai berdampingan dengan para genius ini karena kehadiran mereka akan sangat membantu di segala urusan.
Di budaya Arab pra-islam sendiri, mereka sering menggunakan istilah Jinni dan ilah secara sinonim, bedanya adalah Jin disembah secara pribadi dan ilah disembah secara umum.
Saat ekspansi Islam, mereka banyak menyerap budaya dan mitos dari berbagai tempat dan menggabungkannya dalam satu teori baru yang kemudian sering disebut oleh pengikutnya sebagai Revisi serta menolak keterkaitan antara Jin dengan Tuhan dan menggolongkan jin setara atau lebih rendah dengan manusia yang juga akan mendapat perhitungan di kehidupan setelah kematian nanti.
Dan teori itulah yang kemudian masuk ke bumi nusantara dalam rangka penyebaran agama.
Kemudian jin mengalami adaptasi di kebudayaan nusantara dan melebur menjadi satu dengan anggapan dan mitos-mitos mengenai keberadaan demit. Dimana sebelum Arab masuk, bumi nusantara sudah memiliki rasa takutnya sendiri dengan para demit yang belakangan di sebut sebagai hantu.
Pandangan mengenai Jin
Dalam naskah Romawi kuno dan juga Arab kuno, mengenal jin merupan entitas yang menyertai kehidupan manusia dan hadir disetiap makhluk, yang kemudian di spesifikasi sebagai Qarin yang termuat dalam Quran dimana qarin ini adalah makhluk penyerta manusia dari golongan jin dan akan bersama-sama dengan si manusia di hari peradilan setelah kiamat.
Disini kita bisa menilai bagaiman akhirnya teori Jin yang kita kenal sekarang yang berasal dari teori Islam sudah memiliki peran yang berbeda dari Jin dalam budaya aslinya dari Syria atau dari Romawi dimana kemudian dari bangsa Jin pun dipecah menjadi banyak golongan. Dan faktanya, jin yang kita pahami sekarang ini hanya berasal dari satu sumber yakni Islam yang mengatakan Jin ini dan itu, hingga muncul istilah Jin muslim dan Jin kafir (Jahat), sementara kita tau ada banyak sekali agama yang ada di planet ini, bahkan di Indonesia saja ada 5 yang merupakan agama resmi.
Dari ini seharusnya kita menyadari siapa atau apa jin itu, dan siapa pemilik teori tersebut dan mengapa banyak sekali keanehannya.
Beberapa keanehan dalam pemahaman mengenai jin, seperti misalnya muncul penampakan hantu kemudian disebut bahwa itu jin yang menyamar dan menakut-nakuti yang berasal dari golongan jin kafir.
Tapi berbeda cerita ketika hantu tersebut merupakan orang yang kita kenal baik sebelum meninggal, maka penampakan tersebut menjadi jin qarin, bukan lagi jin kafir.
Ada pula ketika terjadi kesurupan pada seseorang, ketika diucapkan salam dalam bahasa arab dan kemudian menjawab maka ia merupakan jin muslim dan ketika cuma menggeram bak macan, maka sudah pasti itu jin kafir. Dan kemudian jin juga digolongkan menjadi pihak lain seperti misalnya setan yang konon berasal dari Jin dan Manusia.
Tempat tinggal Jin
Jin merupakan satu entitas yang hidup layaknya manusia dan sama halnya dengan manusia, maka mereka membutuhkan tempat tinggal.
Dalam pandangan budaya Syria kuno, Jin merupakan roh jahat dari padang gurun yang bersemayam ditempat-tempat kotor. Dan kita bisa melihat persamaan itu pada teori jin masa kini yang dianggap bertempat tinggal ditempat kotor dan lembab seperti misalnya Toilet.
Oh pohon tua, bangunan kosong, tempat keramat atau rumah rumah angker. Dan pada dasarnya karena manusia dan jin menjalani hidup masing-masing maka jin tidak akan mengganggu manusia, tapi bila ada manusia yang melukainya, maka dia akan membalas dengan membuat si pelaku kesurupan. Aneh ?
Ya aneh lah, masa iya gak aneh.
Sekarang kita logikakan sedikit. Jin itu tidak terlihat dan manusia tidak bisa melihat mereka, dan dunia manusia dan jin berbeda, terus pertama, kenapa mereka menempati bangunan manusia ?
Lalu jika manusia tidak melihat mereka, bagaimana manusia kemudian melukai mereka ?
Banyak cerita yang mengatakan adanya aktifitas tidak sengaja mengencingi jin dan kemudian mendapati terror mengerikan hingga kesurupan. Lah kan kita gak tau ya kan ? Gak lihat, lagipula kenapa mereka tidak punya bangunan sendiri ? Bukankah itu aneh disaat bersamaan naskah beda dunia masih diserukan ?
Hantu adalah Jin
Ini masih melanjutkan soal dunia perhantuan yang kemudian digolongkan menjadi jin. Yang awalnya dewa, sekarang jadi cuma sekedar hantu. Dan perihal hantu sendiri, sampai saat ini belum ada bukti ilmiah mengenai keberadaanya, sementara sudah di klaim sebagai jin.
Hantu yang konon sering muncul pada tempat-tempat yang juga disebut tempat tinggal jin ini sering meneror manusia dengan cara yang berbeda, mulai dari suara hingga muncul ke penampakan, bahkan hingga terekam kamera. Bahkan belakangan sering muncul di tiktok naik sepeda.
Hantu yang disebut tak kasat mata yang dalam hal ini serupa dengan jin dan kemudian di klaim sebagai jin juga, merupakan sebuah entitas yang entah asal usulnya darimana dan umumnya berasal dari anggapan dan peredaran cerita mulut ke mulut. Sementara di budaya lain, hantu sering dikaitkan dengan iblis atau roh jahat yang berasal dari orang yang sudah mati, yang juga masih mirip dengan jin dimana mereka ini mampu merasuki seseorang dan membuat si korban melakukan hal-hal aneh. Itu menurut ceritanya.
Banyak kasus kerasukan yang belakangan diketahui sebagai gangguan kesehatan atau gangguan mental.
Sementara penelitian tentang hantu sejauh ini belum menemukan titik terang mengenai bukti keberadaannya yang secara teori perhantuan juga seharusnya tidak bisa terlihat apalagi terekam kamera.
Sejauh ini Pandangan ilmiah mengenai keberadaan hantu masih berkutat seputar gelombang elektromagnetik seperti eksperimen yang dilakukan Michail Persinger yang menemukan bahwa medan magnet yang berdenyut tidak kentara dibawah kesadaran manusia akan membuat seseorang merasakan kehadiran "makhluk lain" disekitarnya.
Atau seperti yang dikutip dari makalah 98, Vic Tandy menjelaskan bahwa pekerja di pabrik peralatan medis dilaporkan sering melihat penampakan hantu atau mendengar suara-suara aneh. Dan setelah diselidiki ternyata ruangan yang dihuni para pekerja memiliki gelombang 19 hz yang berasal dari kipas angin.
Atau misalnya saya dan adik saya juga sering mendengar suara-suara aneh di dalam toilet yang memang menggunakan blower dengan suara statisnya yang mungkin memiliki gelombang rendah. Suara serangga di pagi hari diatas pohon juga kadang terdengar seperti seseorang sedang memutar sebuah lagu.
Selain dari faktor gelombang, pengaruh psikis juga sangat bermain dalam memainkan sensasi melihat atau di datangi hantu.
Dalam sebuah studi, 22 orang diminta memasuki gedung teater dan menceritakan pengalamannya selama di dalam. Sebelum masuk setengah dari total peserta diberi tahu bahwa teater tersebut merupakan gedung angker. Hasilnya, kebanyakan cerita mengerikan dan melihat penampakan hantu muncul dari separuh orang yang sudah dibisiki cerita hantu di gedung tersebut.
Dalam kasus ini, sugesti atau peran mental sangat besar pengaruhnya terhadap pengalaman kita dalam menemui atau melihat hantu yang di klaim sebagai jin ini.
Saya sering mendengar banyak cerita pendakian atau wisata yang kemudian berujung menjadi pengalaman mistis. Awalnya semuanya biasa saja, tapi di awal perjalanan biasanya ada pemicu yang membuat akhirnya si korban mistis ini tersugesti meskipun kesadaran sudah berusaha untuk menolak.
Akhirnya, teror mistis menghantui dia dan bahkan rombongan. Kenapa satu rombongan juga kena teror ? Karena terpengaruh dari si korban utama ini.
Sampai saat ini, selain dari masalah mental dan juga mengenai hal-hal yang mempengaruhi mental, tidak ada satu bukti ilmiah atau yang ditemukan oleh pemburu hantu untuk membuktikan keberadaan hantu.
Lalu jika keberadaan hantu tidak terbukti hingga saat ini sementara gosip tentang hantu sudah terjadi sejak berabad-abad lalu, apa kabar dengan jin ? Bukankah hantu yang tidak ada itu jin ? Yang juga tidak ada ?
Tapi tenang, buat anda yang tetap percaya dan menikmati dunia perhantuan, anda tidak sendiri.
Karena 45% warga Amerika dan 35% warga Inggris masih percaya adanya hantu.
Dan perihal hantu atau yang sudah di klaim sebagai jin ini ada atau tidak, nyata atau hanya halusinasi dan gangguan mental, hantu memang dibuat bukan untuk dibuktikan, melainkan buat menakuti dan bersenang-senang, karena semua orang suka cerita hantu yang bagus.
Post a Comment
Ada pertanyaan? Diskusikan dengan penulis atau pembaca lain
Tulis Pertanyaan