
Menebus Mimpi - Mudik ke Jepang
Disclaimer : Tulisan ini saya tulis pada tahun 2019 dan sudah saya post di
Facebook di tahun yang sama. Kunjungi link
Tulisan Original
saya di Facebook untuk melihat tulisan aslinya. Naskah ini saya muat kembali
sebagai dokumentasi dari perjalanan saya dan ditulis ulang dengan bahasa yang
lebih santai panjang dan lebih lengkap.
Tulisan ini merupakan naskah yang membahas mengenai impian, apa itu impian dan bagaimana impian bekerja dalam hidup kita, mungkin dalam kasus ini lebih ke "saya".
Dan juga, naskah ini ditulis pula sebagai pembuktian akan narasi saya jauh di masa lalu tentang sebuah mimpi yang bisa dibilang cuma omong kosong dan bualan serta lebih dekat dengan kata tidak mungkin.
Baik.. Saya harap anda rela meluangkan waktu untuk membaca naskah ini yang mungkin bisa membuat tambahan referensi untuk anda. Dan kisah ini terjadi sebelum saya dibayar 200 juta lebih yang bisa anda simak di tulisan saya sebelumnya.
Baik, saya mulai naskah ini dengan memperkenalkan diri saya terlebih dulu.. Anda bisa memanggil saya Ichi. Tidak perlu Ichi Hikaru, terlalu menggelikan memang untuk usia saya saat ini. Tapi tidak untuk saya 10 tahun lalu.
Impian
Iya, kisah ini diawali dari tahun 2010 atau 2011 dimana saya mulai lupa dengan itu karena memang tidak ada kejadian penting disana selain saya jadi pekerja di warung tenda Pecel Lele di salah satu kawasan di Bandung.
Disana saya sering ngobrol dengan salah seorang rekan kerja yang sering dipanggil Ambon lantaran dianggap mirip orang ambon. Dan salah satu topik obrolan saya kala itu adalah rencana saya untuk pulang ke Jepang. Iya, saya selalu menyebut ke Jepang itu dengan istilah Pulang atau mudik.
Memang, pikiran tentang Jepang sudah ada dibenak saya beberapa tahun sebelumnya, dan itu pula yang membuat saya kemudian menyebut ke Jepang dengan kata pulang atau mudik di tahun 2010. Dan sekaligus menjadikan Jepang negara pertama dalam list saya untuk dikunjungi.
Dengan si Ambon ini saya pernah pula bilang kalau suatu saat nanti saya bakal nyempatin untuk pulang ke Jepang untuk menemui seseorang yang bernama Natsumi. Dia menanti saya dan kita janjian ketemu di dekat pohon sakura samping sungai, di kaki gunung Fuji . Setidaknya itulah yang saya sebutkan dan bahkan saya membuat sketsa dari si sosok itu dan menunjukannya pada si Ambon itu.
Jujur saja saya tidak tahu pasti apa yang ada di benak anak itu kala itu, yang saya tahu dia suka ketika saya cerita. Tentang apapun itu, bahkan beberapa kali request buat diceritain sesuatu.
Untuk rekan yang lain, saya bisa mengerti bahwa mereka menganggap saya cuma membual. Ya gimana enggak, kala itu gaji kita kerja disana cuma 300 ribu/bulan. mau nabung berapa puluh tahun buat bisa terbang ke Jepang coba ? Makanya rekan yang lain tuh sama sekali tidak tertarik dengan topik obrolan ngayal begitu.
Namun, meskipun buat orang cuma Ngayal, apa yang saya ungkapin saat itu adalah impian yang saya yakini untuk diwujudkan meskipun kala itu juga saya sama sekali nggak tau gimana cara mewujudkannya.
Penyelarasan
Di awal tahun 2011 seingat saya, saya pergi ke salon untuk ubah gaya rambut. Karena keracunan tontonan Youtube kala itu dimana yang saya tonton cuma band-band dengan genre Visual Kei. Dan dari situ pula saya lebih tertarik dengan Harajuku yang awalnya saya pikir itu merupakan nama dari Mode yang rupanya nama sebuah tempat di Jepang haha.
Waktu terus berlalu... Tibalah tahun 2012 dimana saya sudah tidak kerja disana lagi dan saya mulai nganggur. Dan kala itu Ichi Hikaru lahir. Ya, nama ini hanya versi Jepang dari nama asli lokal saya yang saya dapetin dari web apa gitu saya lupa. Dan saya nganggur total kala itu. Cuma impian saya masih ada tipis-tipis.
Ditahun itu saya menjalin hubungan dengan seseorang yang berakhir kecaman bahwa katanya saya tidak berhak lantaran saya pengangguran dan tidak punya masa depan.
Dan karena saya pikir mereka tidak tau apa-apa, saya singkirkan mereka dari kehidupan saya.
Maling Mimpi
namun begitu, kari kecaman itu membuat saya cukup gundah dan membuat saya jadi berambisi. Dan kebetulan, kala itu ada tawaran buat kursus bahasa Korea dimana biaya keberangkatan ditanggung oleh salah satu bank. Dan ya, saya ambil dengan anggapan bahwa jalan ninja saya mungkin bisa lewat situ. Tapi karena rupanya saya tidak suka metode pembelajarannya, akhirnya saya cuma jalan sebulan dan malah sibuk begadang main Blog.
Dan akhirnya batal buat menjadikan Korea sebagai negara pertama yang saya kunjungi. Hmmm mungkin memang ini jalurnya, dimana kalau saya pergi ke Korea saat itu, maka hal itu pula yang menghancurkan impian saya dan mencoret Jepang dari list negara pertama. Dan harus terima dengan kecaman yang masih berlangsung.
Selang beberapa tahun kemudian, ada lagi tawaran disaat saya masih juga nganggur. Tahun 2015 ada lagi tawaran buat ikut les bahasa China buat kerja di Taiwan. Tapi jujur saya sama sekali tidak tertarik meskipun akhirnya saya harus ke Jakarta buat ikut interview buat wakilin teman saya yang berhalangan hadir. Dan tau endingnya ? betul, saya gagal. Mmm sebenarnya memang saya membuat itu gagal.
Kronologinya begini...
Ada beberapa orang yang ikut interview yang datang bareng saya dimana semua orang ini diongkosin termasuk saya, makanya saya OK saja ikut. Saat interview, beberapa orang yang datang ada yang eks-Taiwan ada pula yang pekerja dan ada pula yang pengangguran macam saya. Dan ketika di pengangguran ini yang basic nya sales MLM ditanya pekerjaan dan tidak punya kerjaan, di petugas interview atau apalah namanya malah nawarin si sales ini buat bohong seolah-olah berkerja di pabrik A, diakhiri tanda tangan dan selesai.
Tiba saat giliran saya dan dia lagi-lagi nanyain kerjaan, saya jawab dong saya tidak bekerja dan pekerjaan terakhir saya jualan. Lah dianya marah dong... Malah bentak begini katanya "Lu orang mau kerja di pabrik, kalau belum pernah kerja mau apa disana ? Taiwan itu keras, semuanya pabrik ! jadi lu kuru bisa kerja pabrik !"
Saya bentak balik dong .. "Lah ya bodo, orang emang saya gak kerja kok!". Terus muka nya jadi bete gitu, nyuruh saya duduk dan dia kemudian telepon ngomong mandarn sambil lirik ke arah saya yang seolah lagi ngomongin saya. Heran sumpah.
Lanjut ... pokoknya saya gagal.
Tahun 2016 saya masih nganggur juga dan sama sekali tidak tertarik untuk cari kerja. Saat itu saya sudah jalan jasa Cloning System yang yah ada duitnya meskipun tidak mungkin untuk berangkat ke Jepang. Tapi saat itu saya punya keyakinan bahwa Cloning System saya bisa menghasilkan banyak uang, dengan program yang kala itu mau saya buat.
Pas lagi semangat, PC dirumah disita bank. Itu PC abang saya memang, dan ya... bayangin aja, lagi menggebu kemudian dihalangin. Seolah semua yang saya lakuin itu selalu menemui jalan buntu dan ada saja yang menghalangi seolah tidak di ijinkan untuk berhasil.
Akhirnya ya mau tidak mau saya harus menerima kenyataan dan mencoba segala cara untuk bisa terus berusaha. Salah satunya pakai jasa warnet kala itu. Ssampai di pertengahan 2016, saya mulai stres dan mulai menyanyi di Smule. Rupanya banyak orang stress disana. Pada nyanyi soalnya.
Dari sana saya kenal beberapa orang dan punya teman baru, dikenalkan pula dengan LINE group. Dan dari sana saya kenal LINE Sticker. Dari situ saya tertarik untuk punya sticker sendiri lantaran sticker LINE itu tergolong mahal buat pengangguran seperti saya yang cuma mengandalkan kuis buat bisa dapat hadiah LINE Sticker.
Mulailah saya ngobrol sama beberapa orang untuk buat sticker sendiri. Namun rupanya tidak ada yang nyambung. Yasudah akhirnya saya buat dan ditolak.
Oktober 2016 sticker saya diterima dan yasudah. Sumpah saya tidak berpikir apapun kala itu, itu hanya sticker tester buat cari tahu bagaimana mekanisme LINE sticker submission.
Eh salah satu teman saya malah promoin sticker itu, dan herannya banyak yang minta. Dengan malu-malu akhirnya saya buat sticker lagi dan saat itu pengguna sticker saya yang kemarin itu repeat order.
Menemukan Jalan - LINE Sticker
Akhir 2016 saya mulai menekuni bidang ini. Sejak tahun 2013 saya berfikir bahwa sejauh apapun saya lari, sudah pasti jatuhnya bakal di gambar juga. Yang padahal sempat saya berfikir untuk tidak akan menggambar lagi.
Namun ya balik lagi, disini saya menemukan ruang untuk kembali hidup menekuni hobby saya yang sudah sempat saya tinggalkan lama. Dan disini pula hobby saya menjadi berharga.
Ini satu-satunya platform yang saya tahu kala itu, pun tidak disengaja.
Dan karena disini saya merasa dihargai dan pula satu-satunya platform yang saya tahu, itu pula yang akhirnya membuat saya mau tidak mau produktif. Karena saya pikir, kapan dan dimana lagi bisa begini ?
Saya pernah baca kala itu bahwa ada salah satu kreator sticker yang berhasil membawa orang tuanya umroh hanya dari jualan sticker di LINE. Dan saya rasa ini memang jalur yang bagus untuk merubah keadaan, selagi masih ada waktu dan memang bidang saya disana.
Akhirnya awal tahun 2017 saya mulai produktif tanpa kenal waktu, memanfaatkan moment, tanpa melihat pasar dan skema industri kreatif. Yang saya mau hanya produktif.
Ketika orang menyebut hasil gambar mereka dengan kata "karya" atau "artwork", saya menyebut gambar saya produk. Bodo amat dengan seni, yang penting usable.
Kuantitas daripada Kualitas adalah prinsip saya kala itu. Saya sama sekali tidak tahu apa itu IP selain dari IP address dan Ip Man. Dan jujur saja persetan dengan itu semua.
Di awal tahun 2017 sticker yang laku hanya dihargai 2400 rupiah, yang artinya bagi hasil untuk kreator hanya senilai 500 rupiah per satu kali penjualan, yang artinya juga, mengejar kualitas bukanlah hal yang perlu dipikirkan menurut saya, memakan waktu dan terlalu gambling.
Dan ya, semua yang kita lakukan tentu ada hasilnya kan ?
MVP Program
Tahun 2017 LINE membuat satu programm baru yakni MVP Sticker dimana sticker yang mendapatkan penjualan terbaik dalam satu bulan akan bergelar MVP Sticker dengan hadiah tertentu.
Dan pada tahun 2018 hadiah utamanya adalah Trip ke Jepang. Semua biaya ditanggung oleh LINE.
Dan sebenarnya saya tidak terlalu antusias mengikuti program itu yang sebenarnya ketika kita mulai rilis sticker otomatis kita mengikuti program tersebut, hanya saja saya tidak berpikir untuk menang.
Sampai suatu ketika muncul pengumuman salah satu kreator yang saya kenal berhasil menang MVP.
Sesaat setelah itu beberapa kreator menghubungi saya untuk membahas masalah tersebut. Yang otomatis itu cukup membuat saya terpengaruh untuk masuk dalam kompetisi. Meskipun tidak serta merta saya berpikir ke arah sana, saya hanya berpikir bagaimana sticker pesanan saya cepat beres dan rilis.
Iya, kala itu saya membuka layanan buat sticker custom dimana saya membuat sticker karakter seseorang yang memesan dan menerima upah dari itu. Rilis stiker di akun saya juga, toh pengguna hanya ingin menggunakan sticker yang mereka banget.
Sempat ada yang nanya ke saya mengenai apa yang saya jual ke pelanggan karena harga yang saya tawarkan tidak sesuai dengan standar penjualan konten digital dalam hal ini lebih khusus ke seni.
Dan saya bilang, Kesenangan. Itu yang saya jual.
Hingga suatu ketika muncullah satu pesan dari orang LINE bahwa saya menang MVP,
Juara ketiga dengan hadiah 1 juta berbentuk pulsa, hmm. Tapi ini cukup jadi penyemangat bahwa ada kemungkinan sticker saya bisa masuk ke MVP pertama dengan melihat moment yang tepat.
Dan benar saja, kala itu bulan juni saya merilis satu sticker dengan judul "Nay Cawet" yang bisa anda dapatkan dibawah ini



Belum tersedia versi Whatsapp
Saya sedikit lebih optimis kala itu lantaran kreator lain sudah masuk ke masa vakum sehingga persaingan dalam kompetisi tersebut sedikit lebih ringan.
Dan jujur saja sebelum muncul pengumuman sekalipun saya sudah yakin bahwa sticker saya bisa lolos MVP. Dan keyakinan saya kemudian diperkuat dengan pesan baru yang masuk
Haha saya bisa mudik ke Jepang !!
Tidak semudah itu, masih banyak hal yang menjadi kendala dan harus dihadapi hingga pernah saya berpikir untuk menyerah.
Dalam kasus ini, administrasi menjadi hal yang sangat penting dan saya masih belum juga punya KTP.
Sementara untuk bisa terbang keluar negri kita butuh paspor dan visa dan semua itu tidak akan ada jika tidak ada KTP, bahkan akta lahir.
Akhir tahun 2018 saya kembali harus berurusan dengan birokrasi berbelit Indonesia yang bisa diibaratkan mengumpulkan Dragon Ball. Mulai dari membuat KTP, akta lahir dimana hal itu tidak bisa dengan mudah dilakukan, dan pula tidak gratis. Ada calo yang bermain disana.
Membuat Passpor
Ini proses paling menyebalkan yang pernah saya alami btw.
Karena saya sedang berada di Jogja dan Solo kala itu, maka pertama saya mencoba membuat paspor di Jogja, namun terkendala karena saya tidak punya nomor atasan. Ya gimana punya nomor atasan jika atasan saja tidak punya ? Dan mengapa harus ada atasan untuk pergi ke luar negri ? Saya cukup dibuat heran. Akhirnya pihak kantor imigrasi meminta saya menyerahkan surat domisili selama saya menetap di Jogja. Sebelum itu beliau nanya ke saya, "Anda di jogja ngapain?". Saya jawab jalan jalan, dan beliau nanya, "sudah berapa lama?" dan saya jawab dua tahun haha. Beliau agak bingung dan malah bilang "Ya ngapain bikin paspor disini, sana pulang buat urus semua di kota anda".
Ya gimana ya, jadwal di kota saya kala itu penuh, makanya saya daftar di Jogja.
Tidak menyerah, saya daftar di Solo. Dibutuhkanlah akta kelahiran kala itu dimana saya belum punya.
Akhirnya terpaksa saya pulang ke Cilacap untuk mengurus semua itu dan rupanya masih tidak semudah itu.
Saat pendaftaran, saya menggunakan metode pendaftaran online. Namun, sampai di kantor imigrasi, saya masih harus mendaftar ulang. Aneh kan ?
Singkat cerita saya sudah mendapat nomor antrian dan harus menunggu dari pagi saat mendaftar dan slot saya selepas makan siang. Sumpah ini keterlaluan sekali padahal di pendaftaran online saya mendaftar slot pagi.
Tibalah saat nomor antrian saya dipanggil dan mulai dilakukan pendataan dengan tanya jawab.
Dan hal yang paling aneh disana adalah saya diminta menujukkan tiket penerbangan. What ?
Saya bilang : "lah gimana saya beli tiket kalau paspor saja belum punya?"
Dan si ibu petugas bilang : "Loh kan masnya bisa beli tiket dulu, bikin paspor kan mudah"
Hmmm ???
Sumpah saya heran dan sedikit ngeyel kala itu, hingga kemudian si ibu nya minta saya menunjukkan surat dari agen travel.
Apalagi ini ? pikir saya.
Beliau bilang, kalau ikut travel, berarti kan ada data surat nya, silahkan dilampirkan, baru nanti akan saya proses.
Lah saya bilang, gak punya bu, saya ikut perusahaan dan semua yang urus perusahaan dan saya hanya butuh paspor.
Si ibunya bilang, Yasudah silahkan lampirkan surat rekomendasi dari kantor, saya tunggu, besok mas nya gak perlu antri lagi.
Akhirnya saya minta ke team LINE dan beliau pun bingung, namun dengan segera mengirimkan data yang saya butuhkan. Untung saja.
Besoknya saya kembali ke kantor imigrasi dan paspor pun jadi.
Setelah Paspor, maka proses pembuatan visa dimana dalam kasus ini kita sebagai peserta penerima hadiah trip harus melampirkan data rekening dimana di dalam rekening harus ada tabungan minimal 15 juta rupiah. Ini sempat jadi kendala dimana tabungan yang hendak saya lampirkan tidak memiliki saldo sementara saldo ada di tabungan lain dengan nama berbeda. Akhirnya print rekening koran dan sempat ditolak namun dengan sedikit penjelasan akhirnya diterima.
Namun kala itu kita belum ada yang tahu kapan kita berangkat ke Jepang. Meskipun kabar di kampung sudah menyeruak bahwa saya akan diundang ke Jepang yang sebelumnya sempat ramai saya diundang ke Istana Presiden.
Singkat cerita, April 2019 merupakan jadwal keberangkatan saya dan kreator lain untuk berkunjung ke Jepang.
Dan sekedar tambahan Informasi bahwa kedatangan kami ke Jepang merupakan undangan dari LINE Jepang dan menjadi kali pertama dan satu-satunya dari semua kreator di seluruh belahan bumi yang mendapat kesempatan diundang ke kantor LINE Jepang. Sebelumnya mereka benar-benar menutup diri dan setelahnya pun tidak ada lagi event ini.
19 Februari 2019, Pertama kali saya menginjakkan kaki di Tokyo yang sekaligus pertama kali saya menginjakkan kaki di luar negeri.
Gallery
Tidak ada perasaan lain selain dari puas kala itu bisa menginjakkan kaki di negara impian. Puas karena impian saya terbayar tanpa kurang, dan tanpa harus berpikir mengenai Budget pula. itu luar biasa.
Dan saya merasa kembali ke habitat dimana disana saya tidak merasa menjadi orang aneh, karena banyak yang lebih aneh.
Saya lupa itinerary kala itu dan saya kerepotan menyusun foto satu persatu, seingat saya ada meeting di LINE office JP dan kita membahas mengenai sticker market. Dan yang paling penting kala itu adalah saya harus bawa botol minuman yang ada di ruangan itu, dan saya ambil dua, namun salah satunya saya titipkan dan hilang entah kemana.
Dan tahukah anda bahwa LINE Store ada di Harajuku ?
Selain Office kita juga dapat kesempatan untuk belanja LINE Friends Merch di LINE Store yang berlokasi di Harajuku. Dan sebelum kesana saya nongkrong dulu berharap lihat orang-orang dengan kostum ala-ala yang sering saya lihat di Youtube. dan rupanya ada beberapa orang yang memang tampak aneh dari segi kewajaran berkostum.
Lanjut darisana kita pergi ke Menara One Piece dimana saya sama sekali tidak tertarik menonton animenya dan tidak kenal masing-masing karakternya. Yang saya pikir kala itu adalah, sebegitu niat mereka dalam membangun IP dan mengintegrasikan ke dalam kehidupan sampai dibangun menara.
Lanjut dengan beberapa hal yang saya pun hanya ikut-ikutan saja
Dan saya nyicipin naik Shinkansen yang merupakan kereta tercepat di Jepun dan bentuknya mirip alien
Lanjut kita ke Gunung Fuji yang meskipun salju sudah tinggal sisa dan keras mirip es batu, tapi masih ada dikit-dikit. Dan kata guide kita disana, barang siapa yang datang ke Fuji dan bisa melihat puncaknya sedari perjalanan, maka mereka beruntung dan kita melihat itu.
Ditambah lagi, saat dijalan kita diberitahu bahwa wisata Fuji di tutup di level 5 karena masih rawan cuaca buruk, yang artinya kita hanya mentok di level 4.
Fyi : Fuji memiliki 9 level yang saya lupa detailnya.
Tapi, saat kita sudah naik di level 4, ada pengumuman bahwa level 5 dibuka. Memang beruntung kita ini.
Hal yang paling menyenangkan buat saya di Jepun adalah bahwa semua kota diakses melalui kereta bawah tanah. Dan saya sempat bingung kala itu, keluar kereta kemudian naik tangga tau-tau sudah di lobby hotel haha norak.
Dan satu lagi, roti disana sumpah enak banget. Gak boong. Belum nemu saya roti seenak itu di minimarket lokal. Dan rupanya tidak hanya saya yang bilang begitu. Bahkan ketika kita ngobrolin roti, yang sedari awal saya cuma batin sendiri, guide nya bilang bahwa memang roti jepang itu beda dari roti lain karena bahan dasar susu nya beda. Hmm ..
Oh selain itu yang paling bikin saya betah di Jepun adalah suhu disana kala itu benar-benar dingin. Pagi hari di lereng Fuji bersuhu 2 derajat. Sehingga disana pakai jaket dan mantel akan terasa wajar dan memang diperlukan bahkan kadang dobel, tapi pakai jaket di Indonesia saya rasa kurang wajar mengingat suhu permukaan ada di angka 28 keatas.
Kita hanya 5 hari di Jepun kala itu, itu pun hari kelima hanya digunakan untuk nunggu penerbangan di bandara.
Jika ditanya kurang, sudah pasti kurang. Bahkan beberapa orang becandaan untuk kabur dari rombongan biar besi tinggal lebih lama haha.
Namun meskipun begitu, perjalanan ke Jepun kala itu cukup mengesankan buat saya, apalagi keinginan untuk pergi kesana memang sudah begitu diimpikan jauh-jauh hari sebelumnya.
Pesan saya untuk siapapun yang membaca tulisan saya ini,
Jika menginginkan sesuatu, maka yakinkan diri dan selaraskan dengan tujuan itu. Itu adalah langkah untuk menuju kearah sana.
Biarkan orang bilang "Mimpi jangan terlalu tinggi, nanti jatuh sakit", karena ketika kita tidak jatuh, maka mereka yang sakit. Teruskan, itu langkah untuk menyakiti mereka.
Ada begitu banyak maling mimpi yang berkamuflase dengan keadaan. Jangan ikuti, jangan sampai mimpi anda di renggut dengan tanpa anda sadari.
Hal ini mungkin mudah dan tidak berarti buat orang lain, namun bukan ke Jepang yang menjadi point dalam kisah ini, melainkan bagaimana kita bermimpi dalam ketiadaan dan menebusnya menjadi kenyataan.
Dan saya masih dalam kondisi nganggur hingga sekarang.
Apa impianmu ?
Post a Comment
Ada pertanyaan? Diskusikan dengan penulis atau pembaca lain
Tulis Pertanyaan